Selasa, 21 April 2020

Analisis Masalah-Masalah Sosial Teks Drama Lit : Sebuah Analisis Teks Drama

Guru Madrasah

Analisis Masalah-Masalah Sosial Teks Drama Lit : Sebuah Analisis Teks Drama

Pendahuluan

Ada tiga jenisgenre sastra, yaitu pertama prosa, puisi, dan drama. Prosa menjadi genre yang paling banyak mendapat apresiasisejak 2000-an. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya produksi karya sastra prosa (cerpen dan novel) yang kemudian difilmkan. Tidak hanya itu, prosa dapat dinikmati oleh semua orang, baik pekerja seni (sastra) maupun orang biasa kebanyakan. Begitu juga dengan puisi, produksinya banyak terlebih dengan media digital, penikmatnya pun bisa dari semua kalangan.
Berbeda dengan drama, penerbitan teks drama dalam bentuk buku sangat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena teks
(naskah) drama hanya dinikmati terbatas oleh dramawan atau seniman teater untuk dipentaskan. Maka, justru teks-teks drama yang banyak beredar di kalangan tersebut justru dari fotokopian atau internet, bukan dari buku.
Oleh karena terlalu masih sedikitnya apresiasi terhadap karya sastra teks sastra drama, maka tulisan makalah ini berusaha untuk ikut menghidupkan apresiasi yang berbentuk tulis. Teks drama yang akan dianalisis berjudul Lit yang dapat digolongkan dalam jenis sastra Farce.

Rumusan masalah
Masalah-masalah apa yang diangkat dalam Lit?
Bagaimana penggambaran tokoh dan watak dalam Lit?



Pembahasan
Lit merupakan naskah drama yang dilombakan dalam Lomba Penulisan Naskah Teater Seksi Penyajian Taman Budaya Jawa Timur pada 2004. Naskah drama ini ditujukan untuk remaja. Jadi bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ringan, sehingga mudah dipahami maksudnya.
Lit sebagai sebuah naskah drama berjenis Farce banyak menampilkan dialog yang lucu dan dialog yang berlebihan (lebay) sehingga menggelikan.

Permasalahan yang diangkat
Tema yang diangkat Lit mengenai kehidupan sosial-politik. Lit menggambarkan sebuah  “Republik Jombrot” disebut sebagai republik yang semrawut. Kesemrawutan itu terjadi di bidang, pendidikan, hukum dan ekonomi.
Lit             :
Kenapa seluruh pelajaran budi-pekerti yang sudah diajarkan sejak SD sampai SLTA tidak berlaku di kehidupan nyata ?
….
Kenapa seluruh ajaran dari Kitab Suci dan teladan para nabi menjadi NOL(0) dalam perjalanan hidup di REPUBLIK JOMBROT ini ?

Tokoh Lit berusaha bertanya tentang keadaan ‘Republik Jombrot’ yang rusak budi pekerti orang-orangnya. Meskipun pelajaran budi pekerti di ajarkan pada semua jenjang pendidikan, namun pada aplikasinya dalam kehidupan justru meninggalkan ajaran tersebut.
Masalah Pendidikan
KS            :
waaaah…waduh….jan diamput tenan iki….
Ini dia yang jadi biang rusuh sekolah kita ini
Wis sekolah bolos terus…
….
Iuran OSIS gak bayar
….
Iuran kucing pak guru ketabrak truk gak bayar
….
Iuran guru fisika pindah rumah gak bayar
Kalian ini kalau MISKIN JANGAN SEKOLAAAH !!!!

Sekolah sekarang cuma untuk orang berduit tahu !!
Sudah nggak jamannya lagi sekolah mbayar bolet ! (bolet= ubi jalar ).

Data di atas merupakan makian Kepala Sekolah (KS) terhadap muridnya. Dari situ pengarang menyindir mahalnya biaya pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan antara lain disebabkan karena adanya berbagai macam iuran yang dipungut oleh pihak sekolah. Data penggambaran pengarang dengan menyebutkan iuran kucing pak guru ketabrak truk memang berlebihan. Tapi itu merupakan usaha pengarang untuk menunjukkan banyaknya jenis-jenis pungutan yang mengada-ada.

Masalah Hukum
KS     :
hmmm….aku takut dimintai bayaran eee…soalnya kata orang, kalau lapor kepada polisi kehilangan anjing, kita malah dimintai ongkos sebasar kambing… …
Perkataan Kepala Sekolah di atas menggambarkan, polisi bukannya mengayomi dan melindungi masyarakat tapi justru menyengsarakan masyarakat dengan menarik pungutan liar.
Komandan Polisi :
 Sok tahu kamu itu Dul! dari pada sok pinter dan lebih pinter dari aku, mendingan kamu tak tembak aja duluan !
Dor ! Polisi Dul mati.

Tindakan Komandan Polisi membunuh bawahannya karena merasa kalah pintar. Dalam kehidupan nyata memang tidak ada seorang atasan sampai membunuh bawahannya karena sok pintar. Tapi yang mungkin terjadi adalah seorang atasan menjegal karir bawahannya yang dirasa lebih pintar agar tidak dikalahkan.

Lit :
 Sabar, sabarlah jangan main hakim sendiri, teman-teman….
Tramtib :
Yo gak isook….revolusi berarti cabut sampai akarnya! Ayoooo serbuu !!!
SEMUA MASSA BERGERAK MENYERBU KOTA.
LIT MERAUNG-RAUNG BERUSAHA MENENANGKAN MASSA.
MASSA TAK PERDULI, BAHKAN ADA YANG MEMUKULI DAN MENJONGKROKKAN LIT KE TANAH.
MASSA SUDAH KESETANAN.

Wujud dari ketidakpercayaan kepada aparat penegak hukum adalah main hakim sendiri dan bertindak anarkis. Rakyat tidak percaya kepada penegak hukum karena adanya pelanggaran terhadap undang-undang.
KS :
Lho,lho,lho…berarti selama ini justru pemerintah sendiri yang melanggar undang-undang ?

Masalah hukum lain yaitu masalah korupsi, diceritakan Kepala Sekolah dan BP 3 melakukan tindakan penyelewengan kekuasaan
BP 3 :
Lhaaaaa, bapak ini…. kita ini kan  orang kaya, lembaga kaya….wong kita korupsi gedhe banget kok takut dipalak polisi sejuta dua juta….
….
BP 3 :
halah paak, jaman sekarang korupsi itu dilakukan mulai dari presiden sampai tukang cat, jangan takuuut….lembaga KPK komisi pemberantas korupsi saja nggak pernah ngapa-ngapain……malah kerjanya juga korupsi kok.
Tokoh BP 3  dengan terang-terangan mengaku melakukan korupsi. Korupsi uang sekolah yang dikelolanya. Melalui tokoh ini pula pengarang menggambarkan keadaan negara yang dilingkupi korupsi karena dari presiden sampai tukang cat pun korupsi.

Masalah ekonomi
Lit:
….
Ingat pak,kalian itu juga orang miskin.
Rumah kalian, rumah petak di pingiran kota toh, sewanya hanya Rp 100.000,- sebulan toh ?
Lihat saat ini istri kalian belum masak nasi toh…anak kalian kelaparan kan, tidak bisa sekolah juga, semua karena pemerasan yang dilakukan para pemimpin busuk, para elit tulalit.
Dialog diatas merupakan dialog tokoh Lit dengan petugas penertiban. Dialog tersebut menunjukkan sebenarnya petugas yang bertugas menertibkan gelandangan dan pemukiman kumuh sebenarnya juga tidak kaya, sama-sama miskin.
Rakyat yang telah miskin pun masih dibebani dengan biaya-biaya hidup yang terus meningkat,
KS:
….
Harga minyak naik
elpiji naik …
Penggambaran Tokoh
Penggambaran tokoh dalam Lit oleh disebutkan secara ringkas oleh pengarang di bagian depan.
Tokoh-tokoh :

Lit……………………………… umur 19  tahun.
Kepala sekolah………………… umur.45 tahun.
Orang BP 3…………………….. umur 35 tahun.
Pemimpin Gelandangan……….. umur  30 tahun.
Pemimpin Satpol Tramtib……… umur 30 tahun
Komandan Polisi……………….. umur  35 tahun
Penggambaran tokoh seperti ini sebenarnya tidak perlu, hal ini karena tidak ada keterkaitan antara usia dengan peristiwa yang dibangun oleh pengarang. Pengarang tidak konsisten dalam menyebutkan tokoh. Pada bagian awal tidak ada tokoh Dul, anggota polisi
Dul:
alaaaaa di negeri Jombrot ini, nyawa sangat murah kok!
……………………………………………………………………….
Dor! Polisi Dul mati.
 Penggambaran tokoh Lit
Tokoh Lit adalah tokoh utama dalam drama Lit. Pengarang menggambarkan tokoh ini dalam prolog.

LAMPU YANG GELAP TIBA-TIBA MENYOROT TERFOKUS PADA SEORANG REMAJA BERSERAGAM SMU BELEL DAN DITULISI MACAM-MACAM JUGA BERTAMBAL, POKOKNYA AMBURADUL, RAMBUTNYA AWUT-AWUTAN.