Selasa, 28 April 2020

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb. Salam Pramuka
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan
rahmat-Nya kumpulan materi ini dapat tersusun dalam format yang demikian sederhana
ini. Kesulitan dan rasa malas adalah hal yang sangat berat untuk kami dalam penusunan
buku ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membatu dalam penyusunan Buku Materi Penegak/Pandega.
Penyusunan buku materi ini adalah semata-mata keinginan untuk memberikan kemudahan bagi adik-adik di Ambalan Penegak/Pandega yang akan mengikuti ujian kecakapan.
Kami sadar akan segala kekurangan yang ada dalam kumpulan materi ini. Kami
berharap bahwa acuan ini jangan dijadikan bahan mutlak. Apalagi di jaman sekarang
yang mudah berubah dengan cepat. Kesalahan seminimal mungkin berusaha kami
hindari, namun tiada gading yang tak retak, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mudah mudahan dapat berguna bagi kita semua, khususnya Gerakan Pramuka terutama Kwartir Cabang Bintan.
Ikhlas Bakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana Wassalamualaikum Wr.Wb
       Kijang, 16 Maret 2012
    Penyusun



     DEDRIL MAIYANTO





DAFTAR ISI

1.    KATA PENGANTAR        1
2.    DAFTAR ISI        2
3.    BODEN POWEL        3
4.    SEJARAH KEPANDUAN SEDUNIA        4
5.    AWAL KEPANDUAN DI INDONESIA        6
6.    KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA        8
7.    SEKILAS GERAKAN PRAMUKA        10
8.    LAMBANG GERAKAN PRAMUKA        14
9.    TOKOH        16
10. TANDA PENGENAL        21
11. SALAM PRAMUKA        26
12. KODE KEHORMATAN        27
13. KEPEMIMPINAN        30
14. POLA MEKANISME TEGAK DEGA        34
15.  PP PERTEMUAN PRAMUKA        41
16. PP GUDEP GP        44
17. PP SATUAN KARYA        60
18. AD ART GP        64
19. LAMBANG NEGARA        65
20. PANCASILA        66
21. LAGU KEBANGSAAN        67
22. BAHASA INDONESIA        69
23. BENDERA MERAH PUTIH        70
24. STRUKTUR ORGANISASI GP        75
25. MORSE        77
26. SEMAPHORE        80
27. PERTOLONGAN PERTAMA        82
28. PERATURAN BARIS-BERBARIS        87
29. TALI TEMALI        95
30. DAFTAR SK        97
31. DAFTAR ISTILAH        98
32. ARTI LAMBANG JAWA TENGAH, WOSM, WAGGS        99
33. HYMNE PRAMUKA        100
34. PERKEMAHAN SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN        101
35. AMBALAN DAN RACANA        103
36. AMBALAN PANDAWA SRIKANDI        105
37. PENGANTAR RAPELLING        110
38. SURVIVAL        113
39. NAVIGASI DARAT        116
40. KOMPAS        118
41. PENYAKIT RAKYAT        119
42. NAPZA        120
43. SUMBER  PUSTAKA        126
44. TENTANG PENYUSUN        127
45. IKADA PS        128





















Robert Stephenson Smith Baden Powel
22 Februari 1857- 8 Januari 1941

“Scouting is not a science to be solemny studied, not is it a collection of doctrine and texts. NO! it is a jolly game in the out of doors, where boy-men and boy can go adventuring together as leader and younger brothers, picking up health and happiness, handicraft and helpfulness.” Lord Boden Powel of Gilwell
Artinya :
“Kepanduan/  kepramukaan  bukan  suatu  ilmu  yang  harus
dipelajari secara tekun, bukan pula suatu kumpulan dari ajaran-
ajaran dan naskah-naskah. Bukan! Itu adalah suatu permainan
yang menyenangkan di alam terbuka,dimana orang dewasa dan
anak-anak  pergi  bersama-sama.    Mengadakan  pengembaraan
seperti kakak  beradik,  membina kesehatan  dan  kebahagiaan,
keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan”








Sejarah Kepanduan Sedunia
Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk
acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini dibuat
buku dengan judul “Scouting For Boys”. Buku ini cepat tersebar di Inggris
dan negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi kepramukaan
yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan
organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang kemudian diteruskan
oleh istri beliau. Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB (anak
serigala)  dengan  buku  The  Jungle  Book  karangan  Rudyard  Kipling  sebagai  pedoman
kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh
induk    serigala.
Tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh
sampannya menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang
pertama di Olympia  Hall, London. Beliau mengundang
pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell
diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of
The World).


•    Tahun 1924 Jambore II
•    Tahun 1929 Jambore III
•    Tahun 1933 Jambore IV
•    Tahun 1937 Jambore V
•    Tahun 1947 Jambore VI
•    Tahun 1951 Jambore VII
•    Tahun 1955 Jambore VIII
•    Tahun 1959 Jambore IX
•    Tahun 1963 Jambore X
•    Tahun 1967 Jambore XI
•    Tahun 1971 Jambore XII
•    Tahun 1975 Jambore XIII
•    Tahun 1979 Jambore XIV
•    Tahun 1983 Jambore XV
•    Tahun 1987 Jambore XVI

di Ermelunden, Copenhagen, Denmark di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
di Godollo, Budapest, Hongaria
di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda di Moisson, Perancis
di Salz Kamergut, Austria
di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris di Makiling, Philipina
di Marathon, Yunani di Idaho, Amerika Serikat di Asagiri, Jepang
di Lillehammer, Norwegia
di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan di Kananaskis, Alberta, Kanada
di Cataract Scout Park, Australia




•    Tahun 1991 Jambore XVII    di Korea Selatan
•    Tahun 1995 Jambore XVIII                 di Belanda
•    Tahun 1999 Jambore XIX    di Chili, Amerika Selatan
•    Tahun 2003 Jambore XX    di Thailand
Tahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat
terlaksana  tahun 1919.  Dari  sahabatnya  yang  bernama  W.F.  de  Bois  Maclarren,  beliau
mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan
Pembina    Pramuka    dengan    nama    Gilwell    Park.
Tahun 1920 dibentuk Deewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya di
London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa
Kanada. Tanggal 1 Mei 1968 Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.
Sejak tahun 1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-
turut oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry (Kanada)
yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968 diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy
sebagai Sekjen.
Biro Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica,
Mesir, Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro kepramukaan Sedunia Putri bermarkas di
London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.




SEJARAH GERAKAN PRAMUKA
AWAL KEPRAMUKAAN DI INDONESIA
Masa Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam
pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan
kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak
adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi
yang Bhinneka.
Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar  sendiri  serta  kemudian  berganti  nama  menjadi  "Nederlands-Indische  Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi   Kepramukaan   yang   diprakarsai   oleh   bangsa   Indonesia   adalah   "Javaanse
Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat  Islam  Afdeling  Pandu"  dan  lebih  dikenal  dengan  SIAP,  Nationale  Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat  bersatu  bagi  organisasi  kepramukaan  Indonesia  waktu  itu  tampak  mulai  dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah
Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu
Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).
PAPI  kemudian  berkembang  menjadi  Badan  Pusat  Persaudaraan  Kepanduan  Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas
utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat
dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan
(PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang
bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII),
Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik
Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai  upaya  untuk  menggalang  kesatuan  dan  persatuan,  Badan  Pusat  Persaudaraan Kepanduan   Indonesia   BPPKI   merencanakan   "All   Indonesian   Jamboree".   Rencana   ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
Masa Bala Tentara Dai Nippon
"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri.  Namun  upaya  menyelenggarakan  PERKINO  II  tetap  dilakukan.  Bukan  hanya  itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.
Masa Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan
berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan
Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres  yang dimaksud, dilaksanakan  pada tanggal  27-29  Desember 1945 di  Surakarta
dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap
pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui
sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan
pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman
gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto
menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada
negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang
berdiri,.  Keadaan  ini  mendorong  berdirinya  perkumpulan  lain  seperti  Kepanduan  Putera
Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian
juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode
perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu
inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22
Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan
kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing
dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya
organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab.
tertanggal 6  September 1951  dicabutlah  pengakuan  pemerintah  bahwa  Pandu  Rakyat
Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepramukaan menga-dakan konfersensi di Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi
puteri  terdapat  dua  federasi  yaitu  PKPI (Persatuan  Kepanduan  Puteri  Indonesia)  dan
POPPINDO  (Persatuan  Organisasi  Pandu  Puteri  Indonesia).  Kedua  federasi  ini  pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan
Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955,
Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar  agar  dapat  gambaran  upaya  untuk  menjamin  kemurnian  dan  kelestarian  hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI
menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di
Ciputat.  Desa  Semanggi  itu  terlaksana  pada  tahun 1959.  Pada  tahun  ini  juga  Ipindo
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.



KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA
Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang  lahirnya  Gerakan  Pramuka,  orang  perlu  mengkaji  keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS
Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional
Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan
bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang
kepanduan  (Pasal 741)  dan  pendidikan  kepanduan  supaya  diintensifkan  dan  menyetujui
rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan   itu   memberi   kewajiban   agar   Pemerintah   melaksanakannya.   Karena   itulah
Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin
gerakan  kepramukaan  Indonesia,  bertempat  di  Istana  Negara.  Hari  Kamis  malam  itulah
Presiden  mengungkapkan  bahwa  kepanduan  yang  ada  harus  diperbaharui,  metode  dan
aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu
yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri
Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah
perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961
tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka
dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden
itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961
tanggal    11   April    1961   tentang   Panitia
Pembentukan   Gerakan   Pramuka.   Anggota
Panitia  ini  terdiri  atas  Sri  Sultan  Hamengku
Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh,
Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri
Sosial).
Panitia   inilah   yang   kemudian   mengolah
Anggaran  Dasar  Gerakan  Pramuka,  sebagai
Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238
Tahun    1961,  tanggal    20  Mei    1961  tentang
Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka Kelahiran
Lahirnya Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1.   Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili
    organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana
    Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
2.   Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961,
    tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya
    organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi
    anak-anak dan pemuda  Indonesia, serta  mengesahkan  Anggaran  Dasar Gerakan
    Pramuka  yang  dijadikan  pedoman,  petunjuk  dan  pegangan  bagi  para  pengelola
    Gerakan  Pramuka  dalam  menjalankan  tugasnya.  Tanggal 20  Mei  adalah;  Hari




Kebangkitan  Nasional,  namun  bagi  Gerakan  Pramuka  memiliki  arti  khusus  dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
3.   Pernyataan  para  wakil  organisasi  kepanduan  di  Indonesia  yang  dengan  ikhlas
    meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga
    Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI
    IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
4.   Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka
    untuk  diperkenalkan  kepada  masyarakat  yang  didahului  dengan  penganugerahan
    Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal
14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato  Presiden  pada  tanggal     9  Maret     1961  juga  menggariskan  agar  pada  peringatan
Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh
karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan
anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas  diketuai  oleh  Dr.  Ir.  Soekarno,  Presiden  RI  dengan  Wakil  Ketua  I,  Sri  Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal
14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di
Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji
Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan
kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile
dimulai.
Peristiwa  perkenalan  tanggal    14  Agustus    1961  ini  kemudian  dilakukan  sebagai  HARI
PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.