Kalimat Efektif
Dalam menyusun sebuah kalimat, acapkali kita sering merasa mudah. Tidak pernah merasa kesulitan dalam menyusun kalimat. Akan tetapi, jika dipikir lagi apakah kalimat yang kita susun merupakan kalimat efektif, maka perlu ditelaah lebih renik (rinci) lagi.
Lalu apa yang dimaksud dengan kalimat? Intinya kalimat itu dapat dibentuk oleh klausa predikatif (mengandung predikat). Bisa pula susunan klausa tersebut ditambah dengan objek, keterangan, dan pelengkap. Bisa diakhiri dengan tanda baca titik, tanda tanya, dan tanda seru.
Namun begitu, jika penggunaan tanda baca dan susunan unsur-unsur kalimatnya tidak tepat, bisa jadi kalimat yang disusun menjadi kaliamt tidak efekti. Padahal kalimat efektif mutlak diperlukan agar tidak terjadi kesalah-pahaman serta memunculkan kemudahan bagi pembicara maupun pendengar (penulis maupun pembaca) untuk memahami kalimatnya.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat juga diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan (tata bahasa) secara baik dan benar. Tata bahasa dan kaidah yang menjadi acuan dalam bahasa Indonesia hendaknya sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Selain itu, kaidah penyusunan kalimat agar menjadi kalimat efektif harus memenuhi beberapa syarat kalimat efektif. Lebih lengkapnya tentang kalimat dan kalimat efektif bisa dibaca di buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Syarat Kalimat Efektif
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.
1. Sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Kalimat efektif hendaknya ditulis dengan kaidah penulisan ejaan yang benar. Tidak dapat disebut kalimat efektif jika di dalamnya masih terdapat kesalahan penulisan ejaan, kesalahan penulisan tanda baca, dan kesalahan penulisan huruf kapital. Meskipun yang dimaksud dengan kalimat efektif bukan berarti harus kalimat dengan bahasa formal dan ilmiah saja.
Ragam bahasa santai pun harus memperhatikan keefektifan kalimatnya.
2. Sistematis
Kalimat efektif harus memiliki urutan yang tidak membingungkan. Syarat minimal sebuah kalimat adalah terdiri dari subjek dan predikat. Jadi urutan awalnya adalah subjek-predikat. Jika hendak membuat kalimat yang lebih kompleks, maka urutannya adalah objek, pelengkap dan keterangan. Jika urutannya tidak sistematis, maka kalimat tersebut sulit disebut kalimat yang efektif.
Misalnya:
“Saya memakan sekarang nasi”
Kalimat di atas tidak dapat disebut kalimat efektif karena susunannya membingungkan. Jika objek langsung diletakkan tepat setelah predikat, kalimat di atas menjadi kalimat yang efektif, yaitu:
“Saya memakan nasi sekarang”.
3. Tidak Boros Kata alias Bertele-tele
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak menggunakan kata yang berlebihan. Kata yang berlebihan bisa terjadi karena ketidak-pahaman penyusun kalimatnya. Misalnya kalimat:
“Saya membeli senjata senapan laras panjang secara legal”
Dalam kalimat di atas digunakan kata senjata dan senapan. Pada dasarnya, senapan ya senjata. Maka bisa dipilih salah satunya saja, agar kalimat tersebut menjadi kalimat yang efektif.
Jika kita membuat kalimat menggunakan kata yang tidak penting, dipastikan bahwa kalimat itu bukan merupakan kalimat yang efektif.
4. Tidak Ambigu
Ambigu adalah kondisi subuah kalimat dapat ditafisiri dengan beberapa arti. Tentu ini tidak efektif. Yang efektif adalah kalimat yang hanya memiliki makna lugas (satu tafsir). Maka maksud yang ada pada penyusn kalimat (penulis atau pembicara) dapat dipahami secara utuh dan semprna oleh pembaca atau pendengarnya. Untuk membuat kalimat yang tidak ambigu ini, susunan kata harus ringkas, pilihan kata harus tepat, sistematis, dan sesuai dengan kaidah kebahasaaan.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Susunan kalimat efektif bisa kita buat jika kita sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang ciri-ciri kalimat efektif. Setidaknya kalimat dikatakan efektif jika memanuhi lima ciri berikut ini:
1. Kesepadanan Struktur
Ciri kalimat efektif yang pertama ini berkaitan dengan unsur-unsur kalimat. Struktur minimal sebuah kalimat yang harus terdiri dari unsur prediat dan objek harus terpenuhi. Untuk lebih memahami kesepadaan struktur kalimat, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
- Pastikan bahwa kalimat yang kita susun mengandung minimal subjek dan predikat. Atau klausa predikatif.
- Kata depan (preposisi) jangan diletakkan di depan subjek. Untuk kalimat aktif, hal ini mutlak diperlukan. Kecuali untuk kalimat pasif.
Contoh kalimat:
Untuk para peserta harus hadir tepat waktu (kalimat tidak efektif)
Pengumuman untuk peserta. Para peserta harus hadir tepat waktu (kalimat efektif).
Para peserta harus hadir tepat waktu (kalimat efektif).
- Penggunaan kata sandang yang harus tepat. Jangan digunakan di antara subjek dan predikat. Penggunan yang ‘yang’ yang tidak tidak tepat membuat kalimat hanya terdiri dari satu subjek yang diperluas.
Contoh:
Dia yang pergi dengan tergesa-gesa. (tidak efektif). Kalimat ini tidak efektif karena semua bagiannya menjadi subjek saja. Menjadi efektif jika begini, Dia yang pergi dengan tergesa-gesa sudah kembali. Jadi, ‘Dia yang pergi dengan tergesa-gesa’ adalah predikat dan ‘sudah kembali’ adalah predikat.
Kalimat di atas menjadi kalimat efektif jika tidak menggunakan ‘yang’ menjadi: Dia pergi dengan tergesa-gesa.
Dia = subjek
Pergi = predikat
Dengan tergesa-gesa = keterangan
- Subjek yang sama tidak perlu ditulis dua kali. Kecuali jika merupakan kalimat majemuk dengan dua subjek yang berbeda, maka boleh ditulis dua kali.
Contoh kalimat:
Ani sedang sakit sehingga ani tidak bisa belajar kelompok (tidak efektif)
Ani sedang sakit sehingga tidak bisa belajar kelompok (efektif)
Ani sedang sakit sehingga ibu tidak bisa meninggalkannya sendiri (efektif)
2. Kehematan Kata
Ingat bahwa syarat kalimat efektif adalah singkat dan tidak bertele-tele. Maka dalam menyusun kalimat efektif kita harus menggunakan kata yang ringkas tapi lugas. Tidak menggunakan dua kata yang bisa diwakili oleh satu kata saja.
Contoh kalimat:
Para guru-guru sedang rapat di kantor.
Kalimat di atas tidak efektif karena menggunakan para yang berarti banyak, sekaligus dengan ‘guru-guru’. Agar menjadi efektif, kalimat di atas hanya perlu memlilih ‘para guru’ atau ‘guru-guru’.
Maka kalimat yang efektif adalah:
Para guru sedang rapat di kantor.
Guru-guru sedang rapat di kantor.
Kata yang berarti sama (sinonim) juga tidak perlu digunakan dua kali, seperti contoh di awal artikel ini. Perhatikan contoh berikut:
Budi masuk ke dalam rumah. (tidak efektif)
Budi masuk rumah.(efektif)
Dalam kata ‘masuk’ sudah terkandung makna ‘di dalam’. Maka tidak perlu digunakan kata yang maknanya sama sampai dua kali.
Kata yang tidak hemat, dalam bahasa Indonesia salah satunya jika terpengaruh oleh unsur bahasa asing. Hal ini tampak pula pada kalimat berikut ini:
Guru yang mana sedang terlibat kasus hukum sebenarnya tidak bersalah (tidak efektif)
Dalam kalimat di atas, penggunaan kata ‘yang mana’ merupakan adanya pengaruh bahasa inggris. Kalimat efektif dalam bahasa Indonesia yang tepat adalah:
Guru yang sedang terlibat kasus hukum sebenarnya tidak bersalah.
3. Kesejajaran Bentuk
Dalam satu kalimat, maupun antar-kalimat imbuhan yang digunakan harus sama (sejajar) agar menjadi kalimat yang efektif. Perhatikan contoh berikut:
Hal yang harus diperhatikan tentang sampah adalah bagaimana cara membuang, memilah, dan mengolahnya.
Kalimat di atas sejajar, karena menggunakan imbuhan yang sama yaitu me-. Menjadi tidak efektif jika akhir kalimat itu ditulis, cara membuang, memilah, dan pengolahannya.
4. Ketegasan Makna
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak ambigu, yang tidak ambigu adalah kalimat yang memiliki makna tegas. Ketegasan makna dapat dibentuk dari penggunaan kata yang tepat dan penggunaan tanda baca yang tepat (jika dalam bentuk tulisan).
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat penting berkaitan dengan kelogisan kalimat yang kita buat. Kelogisan kalimat menghindari dari ambiguitas kalimat. Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
Kalimat yang kedua jauh lebih tegas dan logis.